Dosen : Henny Wirawan (Dekan Fak. Psikologi Untar)
Perjuangan Bu Kartini dalam "menaikkan" derajat perempuan tidaklah sia-sia. Hal itu bisa dibuktikan dengan perempuan yang mendominasi media massa dibandingkan laki-laki. Baik pembaca berita, iklan, presenter, reporter, penyiar radio, mayoritas adalah kaum hawa.
Banyak persepsi yang muncul di benak publik mengenai peran dan sosok perempuan di dalam dunia komunikasi . Mulai dari yang "manis', hingga yang "pahit".
Persepsi positif yang muncul yaitu :
- Perempuan sudah bisa go public. Dahulu perempuan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, namun perempuan kini sudah bisa bekerja di sektor publik seperti laki-laki.
- Perempuan menjadi pemimpin. Sebagai contoh yaitu mantan presiden Ibu Megawati Soekarno putri.
- Perempuan lebih ber-edukasi dan lebih rajin dibandingkan laki-laki.
- Keikutsertaan perempuan dalam dunia sosial dan politik.
- Faktor 3B (brain, beauty, behavior) menjadikan perempuan sebagai duta negara seperti Putri Indonesia, Duta Pariwisata, Miss Universe, dll.
- Perempuan sudah bisa mengungkapkan hal-hal yang dahlu dianggap sebagai tabu, khususnya masalah seks.
- Perempuan sebagai simbol feminin, anggun, indah (http://dzackidotcom.wordpress.com/2010/09/17/10-presenter-pembaca-berita-di-tv-swasta-indonesia-tercantik/).
- Perempuan lebih berani membuka mulut untuk menyuarakan keinginannya. Melepaskan diri dari permasalahan gender yang selama ini mengikat kaum hawa.
- "Dibalik pria hebat, ada perempuan hebat yang mendukungnya." menjadi salah satu ungkapan pentingnya peran dan sosok perempuan dalam kehidupan, khususnya laki-laki.
Inilah Pasukan Perawan yang Lindungi Khadafi (http://batam.tribunnews.com/2011/03/24/inilah-pasukan-perawan-yang-lindungi-khadafi) |
Mari kita tengok persepsi negatif yang muncul mengenai perempuan :
- Ekspos seksualitas dalam media, hal ini dilakukan dengan tujuan menarik minat lawan jenis.
- Bias gender yang dialami perempuan dalam kasus pelecehan seksual. Sebagai contohnya, perempuan berpakaian minim yang diperkosa oleh supir angkutan umum. Publik justru menyalahkan perempuan tersebut yang mengenakan busana minim. Padahal yang seharusnya disalahkan adalah sang pelaku pemerkosaan, yakni si supir angkutan umum.
- Dalam iklan, perempuan dijadikan objek pemanis hasrat dan nafsu supaya publik membeli barang atau jasa yang diiklankan.
- Citra perempuan sebagai sosok yang amat sangat "gila" belanja dijadikan target marketing oleh beberapa pihak dengan cara menurunkan harga jual.
- Ada anggapan yang muncul bahwa jika seorang istri berpenghasilan lebih besar dibandingkan sang suami, istri tersebut telah meremehkan suami-nya.
- Perempuan masih terjerat oleh aturan-aturan di budaya tertentu yang mengekang kebebasan perempuan.
- Kurangnya kesempatan terhadap perempuan sebagai sosok pengambil keputusan.
Semoga perempuan juga bisa merasakan kebebasan yang selama ini dirasakan oleh laki-laki.
No comments:
Post a Comment