Sunday, December 11, 2011

Media Sosial Dalam Penanggulangan Bencana

7 Desember 2011
Pembicara : Kartika Oktorina SIP, MA ( Dosen Fikom Untar)

 

Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut.

Semua pengguna dapat mengirim dan menerima kicauan melalui situs Twitter, aplikasi eksternal yang kompatibel (telepon seluler), atau dengan pesan singkat (SMS) yang tersedia di negara-negara tertentu. Situs ini berbasis di San Bruno, California dekat San Francisco, di mana situs ini pertama kali dibuat. Twitter juga memiliki server dan kantor di San Antonio, Texas dan Boston, Massachusetts.

Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Hal ini kadang-kadang digambarkan sebagai "SMS dari internet".

Pembahasan kali ini yakni mengenai peran Twitter dalam proses penanggulangan bencana erupsi merapi. Muncul banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang muncul pasca peristiwa erupsi merapi, salah satunya yaitu Jalin Merapi. Dengan akun @jalinmerapi, kelompok ini menyebarkan informasi mengenai perkembangan situasi merapi serta mengumpulkan bantuan bagi korban peristiwa erupsi merapi.

Jalin Merapi merasa sangat terbantu berkat adanya Twitter, hal-hal tersebut dikarenakan:
  • Pengguna Twitter yang banyak dan sangat efektif dalam berbagi informasi.
  • Transparan, tidak ada maksud terselubung maupun persaingan. Unsur citizen journalism yang kental membuat Twitter sulit untuk dimanipulasi.
  • Penyampaian informasi sangat cepat. Bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh korban erupsi merapi dapat dengan cepat disampaikan kepada masyarakat dan diterima oleh korban-korban tersebut.

Iklan Kampanye Politik

30 November 2011
Pembicara : Eko Harry Susanto (Dekan Fikom Untar)



Gambar-gambar diatas merupakan iklan politik, suatu cara baru dalam berpolitik. Tujuan utamanya yaitu supaya masyarakat memberikan suara kepada sang pengiklan dalam Pemilihan Umum. Selain itu, iklan politik juga juga bisa dimanfaatkan untuk menyerang kandidat lain. Melalui iklan seseorang boleh menyerang orang lain, bisa menyalahkan kebaikan orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Iklan diartikan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan; atau bisa disebut sebagai pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum.

Sedangkan Politik adalah segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Dari dua suku kata di atas setidaknya bisa disimpulkan bahwa Iklan Politik adalah suatu cara yang dilakukan dalam rangka membujuk khalayak ramai agar mau memilih tokoh politik yang ditawarkan.
 

Iklan politik merupakan segala bentuk macam promosi yang berkaitan dengan kegiatan politik. Iklan politik sekarang menjadi bidang usaha yang mendatangkan keuntungan yang amat sangat besar kepada pihak pengiklan. Dalam setiap kegiatan kampanye, para calon-calon yang ingin dipilih dalam pemilihan umum berusaha menarik perhatian masyarakat melalui iklan. Iklan inilah yang merupakan salah satu bentuk iklan politik.Iklan politik di Indonesia muncul sejak era reformasi. Seperti halnya iklan produk dan jasa, Iklan Politik juga dilakukan diberbagai media, mulai dari media massa cetak, elektronik, bilboard, baliho, selebaran-selebaran.

Jurnalisme dan Iklan di Media Baru

23 November 2011
Pembicara : Bapak Suwarjono

Media baru akrab dikenal dengan panggilan media online. Media online merupakan media yang memanfaatkan jaringan internet dalam proses penyampaian dan penyebaran informasi kepada masyarakat. Beberapa contoh media online yaitu: Facebook, Twitter, Friendster, Blogspot, MySpace, dan situs-situs lainnya. Mudah diakses dan murah, merupakan alasan utama orang-orang menggunakan media online dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan mencari hiburan.


Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan negara pengguna internet terbesar kelima se-Asia, negara pengguna Facebook terbesar kedua di dunia, negara pengguna Twitter terbesar kelima, dan negara pengguna Opera Mini terbesar di dunia.

Kelebihan media online dibandingkan media lainnya yaitu:
  • Pengguna dapat berinteraksi satu sama lain secara langsung dan tidak tertunda. (feedback langsung)
  • Peran penggunanya selain sebagai pencari informasi tetapi juga sebagai sumber informasi. ini kelebihan utama yang ditawarkan oleh media berbasis online.
  • Setiap lapisan kalangan masyarakat dapat menikmati media ini termasuk dalam dunia jurnalistik.
  • Tidak terbatas ruang dan waktu seperti media lainnya.
  • Dalam pengemasan dan penyajiannya, media online bisa menampilkan teks, gambar, video, suara sekaligus.
  • Mampu menyajikan informasi apapun termasuk berita. 


Perkembangan media sosial ini juga membawa keuntungan bagi dunia periklanan, hal itu disebabkan oleh:
  • Rarif yang relatif murah.
  • Ruang lingkup yang luas.
  • Semua jenis informasi dapat ditampilkan.
  • Pertumbuhan bisnis media online.
  • Pertumbuhan Mobile Access.
Kehadiran media sosial atau media online sangat berarti bagi kehidupan manusia. Segala informasi yang sekiranya tidak dapat dicari, sekarang dapat dengan mudah dicari dengan menggunakan media search engine. Kebijaksanaan sangat diperlukan dalam mengonsumsi internet, karena internet seolah-olah menciptakan dunia (maya) yang menyedot manusia untuk tetap tinggal di dunia (maya) itu.

Industri Penyiaran vs Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

16 November 2011
Pembicara : Iswandi Syahputra (Komisioner KPI Pusat)




Dunia pertelevisian Indonesia dapat dikatakan sudah berkembang dengan pesat. Beberapa tahun belakangan, muncul banyak chanel televisi dan perusahaan penyiaran televisi yang baru yang berkualitas. Masyarakat Indonesia dapat duduk santai di rumah karena aliran informasi mengenai berita dalam dan luar negri, serta informasi lainnya dapat dengan mudah didapat di televisi.

 Tayangan siaran televisi idealnya menjadi media sarana informasi utama bagi pemirsanya. Namun kenyataan berkata lain. Akibat persaingan yang ketat, banyak tayangan yang tidak mendidik (seperti berita kekerasan, pemerkosaan, dll) dan menjadi ajang lomba antara stasiun televisi untuk mendapat perhatian dari pemirsa televisi. Persaingan tersebut terjadi disebabkan untuk mengejar dan mempertahankan RATING. Rating merupakan dasar acuan bagi pertelevisian untuk mengetahui seberapa banyak peminat dan perhatian para penonton terhadap sajian program yang ditayangkan.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang berdiri pada tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, merupakan lembaga independen di Indonesia yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di Indonesia.
Upaya-upaya yang dilakukan KPI untuk menangani tayangan-tayangan yang tidak bermutu antara lain:
  • Sosialisasi P3/SPS bagi pelaku industri televisi.
  • Monitoring real time terhadap seluruh televisi siaran nasional selama 15 jam.
  • Menjatuhkan sanksi bagi televisi yang melakukan pelanggaran.
  • Melakukan gerakan masyarakat melalui media literasi.
  • Melakukan survey apresiasi khalayak terhadap program televisi.

Fotografi

2 November 2011
Pembicara : Didit Anindita (Fotografer)

Didit Anindita

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Fos" : cahaya dan "Graffo" : melukis/menulis) adalah proses menulis atau melukis dengan menggunakan cahaya. Secara umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat untuk menangkap cahaya ini yaitu kamera.

Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan.

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO, Aparture, dan Shutter Speed. Kombinasi ketiga hal tersebut yaitu exposure.

Terdapat 4 unsur penting yang terdapat di dalam kamera D-SLR : ISO, Aparture, Shutter Speed, dan White Balance.
  • ISO (International Standard Organization) tidak memiliki arti khusus, kecuali ISO speed. ISO Speed adalah nomor yang digunakan untuk merepresentasikan ISO untuk merating sensitivitas film dan jumlah cahaya yang diperlukan kamera untuk menangkap foto (ISO 50, ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, ISO 1600, ISO 3200, ISO 6400, ISO 12800)
  • Aparture, atau yang dikenal dengan Diafragma, merupakaan bukaan lensa yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke lensa.
 
  • Shutter Speed, adalah kecepatan rana dalam merekam cahaya yang masuk ke sensor kamera. Ada beberapa teknik fotografi yang bisa dihasilkan dengan memanfaatkan Shutter Speed : slow speed, panning, freeze.
  • White Balance, yaitu kalibrasi titik berwarna putih. Ada 2 teknik dalam white balance : manual white balance dan automatic white balance. Manual white balance yaitu mengatur warna putih dalam kamera digital dengan cara mengarahkan kamera ke objek berwarna putih. Sedangkan automatic white balance adalah kamera itu sendiri yang mendeteksi adanya cahaya sekitar dan menentukan sendiri warna putih yang dimaksud. White Balance dinyatakan dalam satuan cahaya (Kelvin) dengan 0 Kelvin (biru) hingga 8000 Kelvin (kuning), cahaya normal berada di posisi 5000-5200 Kelvin.

Photo by : Timotheus Febrianto

United Nations High Commissioner for Refugees


United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) yang bermarkas di Jenewa, Swiss, sudah berdiri sejak 14 Desember 1950. Badan ini bertugas untuk membantu dan melindungi pengungsi berdasarkan permintaan Pemerintah atau PBB yang kemudian mendampingi pengungsi tersebut dalam proses pemindahan tempat menetap mereka ke tempat yang baru.

UNHCR merupakan penggaanti dari Organisasi Pengungsi Internasional dan Badan PBB untuk Administrasi Bantuan dan Rehabilitasi, serta telah mendapatkan dua penghargaan Nobel untuk perdamaian pada tahun 1954 dan 1981. Memimpin dan mengkoordinasikan langkah-langkah internasional untuk melindungi pengungsi dan menyelesaikan masalah pengungsi di seluruh dunia menjadi mandat bagi UNHCR. Tujuan utamanya adalah untuk melindung hak-hak para pengungsi.

Di Indonesia sendiri, UNHCR telah ada sejak tahun 1979 dengan kantor regional di Jakarta. Kantor regional di Jakarta bertanggung jawab mengawasi kegiatan UNHCR di Indonesia dan Timor Leste. Secara keseluruhan, staf yang bekerja di kantor UNHCR Indonesia berjumlah 26 staf nasional, 4 staf internasional, dan 8 staf yang diperbantukan. Kepala perwakilan, Manuel Jordao, mulai mengepalai kegiatan operasional UNHCR di wilayah ini pada tanggal 4 Januari 2010. 



LATAR BELAKANG

Kampanye UN4U (United Nations for You) diluncurkan pada tahun 2008 sebagai sebuah langkah untuk mempertemukan para pimpinan senior dan staf PBB dengan siswa-siswi dari berbagai sekolah yang berada di New York dan sekitarnya. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan kesadaran diantara pemuda mengenai kinerja PBB sebagai salah satu bagian dari perayaan UN Day atau hari jadi PBB yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 24 Oktober. Semenjak itu, kampanye UN4U dilakukan di berbagai negara di dunia, dan mendapat dukungan besar dari Sekretaris-Jenderal Ban Ki-moon sebagai suatu cara untuk memperkenalkan para pemuda kepada PBB.

Pada tahun ke-empat ini, kampanye global UN4U akan membawa serangkaian kuliah umum dalam berbagai variasi kegiatan yang dilakukan bersama institusi-institusi pendidikan menengah dan tinggi. Tahun ini merupakan kali kedua kampanye UN4U dilakukan di Indonesia.

TOPIK-TOPIK UN4U
  1. Perkenalan tentang Perserikatan Bangsa Bangsa; Gambaran besar dan informasi umum mengenai Perserikatan Bangsa Bangsa, termasuk sejarah dan prioritas masa kini. 
  2. Perdamaian dan Keamanan; Fokus pada aktivitas penjaga perdamaian PBB. Kontraterorisme, pelucutan senjata, pencegahan konflik, dan aturan hukum juga dapat dibahas pada topik ini.
  3. Hak Asasi Manusia; Hak dasar dan kebebasan semua orang tanpa memperhatikan kebangsaan, jenis kelamin, latar belakang etnis, ras, agama, bahasa, dan status lainnya.
  4. Climate Change; Berbagai isu lingkungan, ekonomi dan sosial yang berhubungan dengan perubahan iklim, suatu tantangan global pada pembangunan berkelanjutan.
  5. Anak-anak dan Pemuda; Isu-isu yang berhubungan dengan realisasi hak anak, dalam konteks Tujuan Pembangunan Milenium; juga peran pemuda pada pembangunan dan perdamaian.
  6. Ketenagakerjaan; Keadilan sosial dan pengakuan internasional atas hak tenaga kerja, bagi setiap orang agar memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif, dalam kondisi yang bebas, adil, aman dan menghargai harga diri manusia.
  7. Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Bencana; Peran PBB dalam menyediakan bantuan dalam bencana alam maupun bencana kemanusiaan.
  8. Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs); Delapan tujuan MDGs telah terbentuk atas dasar komitmen negara-negara di dunia dan berbagai organisasi penting lainnya. Mereka telah membangkitkan upaya sebelumnya untuk mengentaskan kemiskinan.
  9. Populasi dan Pembangunan; Penegakan hak asasi semua orang untuk memiliki kesejahteraan hidup dengan kesempatan yang setara bagi setiap individu, juga untuk mengentaskan kemiskinan.
  10. Pangan; Keamanan pangan dan nutrisi merupakan landasan bagi kehidupan yang layak, pendukung pendidikan, dan juga langkah menuju perwujudan MDGs.
  11. Kesehatan; Isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk kebijakan dan permasalahan kesehatan global, yang membentuk agenda riset, norma-norma kesehatan, serta pengawasan tren wabah penyakit.
  12. Kesetaraan Jender; Segala permasalahan pembangunan dan hak asasi manusia memiliki dimensi jender.
  13. Pendidikan dan Kebudayaan; Pendidikan dan dialog antar peradaban sangatlah penting untuk meraih perdamaian dunia, pembangunan, dan juga penegakan hak asasi manusia

Sunday, October 9, 2011

Transformasi Media

5 Oktober 2011
Dosen : Diah Ayu Sandra Ningrum (Jurnalis TEMPO)
Siapa diantara kita yang tidak mempunyai akun Facebook dan Twitter? Kita yang tidak memiliki akun dari dua media sosial tersebut pasti akan dipandang gaptek dan "ketinggalan zaman". Kedua nama tersebut sudah tidak asing lagi di kuping kita. Bahkan bayi berusia 2 tahun pun telah dibuatkan akun di Facebook oleh orang tua-nya, jangankan mengakses Facebook, berbicara saja belum lancar.



Transformasi media didukung dengan berkembangnya teknologi, yakni web.2.0.
web 2.0 adalah klasifikasi dari web yang membuat ‘semua orang’ yang terhubung ke web mampu menyediakan dan mendistribusikan konten (teks, grafis, dll) di web. Website yang membuat orang dapat berbagi konten di web dengan mudahnya (tidak perlu pengetahuan pemrograman web pun bisa berbagi data di web) adalah web 2.0: Blog, Photo Sharing (flickr), Video Sharing (YouTube), Presentation Sharing (Slideshare.net), Social Networking (facebook, myspace, friendster, linkedIn, etc) dll.

Transformasi membawa efek positif maupun negatif. Efek positif yang ditimbulkan oleh transformasi media diantaranya yaitu :
  1. Media penyebaran informasi. Informasi yang paling baru dapat dengan mudah menyebar melalui situs jejaring sosial.
  2. Sarana untuk mengembangkan ketrampilan dan sosial. Mengasah ketrampilan teknis dan sosial merupakan kebutuhan yang wahib dipenuhi agar bisa bertahan hidup dan berada dalam neraca persaingan di era modern seperti sekarang ini. Hal ini sangatlah penting, tidak ada batasan usia, semua orang butuh untuk berkembang.
  3. Memperluas jaringan pertemanan. Dengan menggunakan jejaring sosial, kita dapat bertemu dengan teman yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita juga dapat berkenalan dengan orang-orang baru dari belahan dunia yang lain. Dengan ini, kita bisa menambah wawasan dan bertukar pikiran.
Dibalik semua efek positif diatas, terdapat juga efek negatif dari transformasi media :


  1. Kejahatan dunia maya (cyber crime). Kejahatan dunia maya sangatlah beragam, mulai dari carding, hacking, cracking, phising, dan spamming.
  2. Melemahkan dan menurunkan sensitifitas. Karena jejaring sosial, seseorang cenderung melupakan dunia nyata dan tenggelam di dalam dunia maya.
  3. Menyebabkan penyakit maag. Orang yang terlalu berlama-lama didepan komputer cenderung lupa makan. Tentu saja hal ini akan menyebabkan penyakit serius. Penyakit yang paling sering diderita pecandu internet adalah penyakit maag.

Media Massa dan Budaya Massa

28 September 2011
Dosen : Aminah Suwarna Wati


Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa

Media massa dapat memengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya. Media massa sangat efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikasi masyarakat.  Media massa dapat mempengaruhi khalayak dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pengaruh jangka pendek mungkin tidak terlalu dipermasalahkan, namun pengaruh jangka panjang yang sering dipersoalkan, karena mempunyai kekuatan tertentu yang dapat memengaruhi kebudayaan khalayak yang menerima pesan.

Media massa yang secara terus-menerus menyampaikan informasi kepada khalayaknya lama kelamaan akan membentuk budaya massa. Budaya massa adalah produk kebudayaan yang terus menerus direproduksi sekaligus dikonsumsi secara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan keuntungan sebesar-besarnya.

Fishwick dan Wilson mengakui bahwa budaya populer sebenarnya dapat diartikan sebagai bentuk budaya yang dimiliki oleh setiap orang dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya tersebut dipengaruhi berbagai rangsangan dari luar (termasuk media massa) yang tidak kita sadari namun membuat kita melakukannya.

Budaya massa dapat muncul dalam bentuk mengikuti selera masyarakat secara beramai-ramai, memilih jenis produk seperti shampoo Pantene, sabun mandi Lux, pelembab Ponds, makan di Pizza Hut, minum kopi di Starbucks, mendengarkan musik pop/dangdut, menggunting rambut ala Demi Moore, menjagokan Argentina pada perebutan piala dunia dan sebagainya.




Dikaitkan dengan perkembangan media massa, Wilson (2002), membagi tahapan-tahapan perkembangan budaya pada :
  1. Tahap Elitis; Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas, yaitu Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-orang kaya. Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga kurang dari 200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya lainnya yakni budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit, adalah orang-orang yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik. Para petani dengan folk culture, berhubungan langsung dengan karnaval di jalan-jalan, lagu-lagu dan dongeng-dongeng rakyat.
  2. Tahap Populer; Pada abad ke-19, perbedaan antara Budaya Elit dan Budaya Rakyat menjadi kabur dengan dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri. Kekuatan ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Penggunaan istilah Budaya Populer dilukiskan sebagai segala yang mengelilingi kehidupan kita setiap hari. Budaya Populer adalah budaya yang dengannya kita berpedoman terhadap busana, mode, dan seluruh kegiatan yang kita lakukan (Stan Le Roy Wilson, 2000: 5).
  3. Tahap Spesialisasi; Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad XX ditandai dengan banyaknya terobosan media massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Tahap ini digambarkan futurolog Alvin Toffler sebagai ”demassifikasi media massa”. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri. Kondisi ini dimungkinkan dengan banyaknya pilihan masyarakat terhadap media, serta untuk televisi misalnya, orang dapat memilih program yang disenangi hanya dengan menekan remote kontrol.
Jika diteruskan maka budaya asli Indonesia akan meluntur. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus pandai dalam menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia. Tidak semua budaya asing membawa efek negatif kepada kita, sikap selektif dan skeptis sangat diperlukan dalam memutuskan hal tersebut.

Anatomi Media Penyiaran

21 September 2011
Dosen : Paulus Widiyanto (Masyarakat Cipta Media, Anggota Komisi Penyiaran Indonesia)

Anatomi media penyiaran merupakan sebuah hal “dasar” namun wajib diketahui oleh setiap praktisi komunikasi yang nantinya akan berkecimpung juga dengan media massa.

Terdapat 10 dimensi anatomi media penyiaran :
1. Lembaga / Institusi : sebuah media penyiaran pasti dimiliki oleh suatu lembaga / institusi resmi (PT, Yayasan, Group, perusahaan, dan lain-lain).
2. Perizinan : dalam melakukan penyiaran harus mendapat izin yang legal secara hukum.
3. Kepemilikan : media penyiaran dimiliki oleh seseorang, beberapa orang atau badan hukum yang sah.
4. Isi / konten : isi yang disiarkan bisa berbeda-beda, mulai dari news, drama, dan non-drama, tergantung dari masing-masing media penyiaran.
5. Infrastruktur : untuk mendukung media penyiaran diperlukan pula sarana-sarana seperti antenna, satelit, pemancar, gelombang, dan kabel.
6. Organisasi Bisnis / Usaha : media penyiaran bisa memperoleh penghasilan dari iklan, langganan, dan saham.
7. SDM / Profesi : orang-orang yang bekerja di dalam media penyiaran itu sendiri, seperti redaktur, wartawan, reporter, cameramen, editor, dan lainnya.
8. Pasar / Market Area : media penyiaran harus menentukan target pasar yang diinginkan, mulai dari lokal, nasional, trans nasional ataupun global.
9. Audiences : media penyiaran memiliki segmentasi penonton, segmentasi tersebut ditentukan berdasarkan jenis kelamin dan usia.

10. Regulator : pengatur penyiaran di Indonesia, misalnya saja KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), pemerintah, dan KPPU (Komisi Pengawasan Perdagangan Usaha).

Komisi Pengawasan Perdagangan Usaha


Tujuan dari pengaturan / regulasi penyiaran tersebut adalah :

1. Tidak ada penyelewengan atau penyalahgunaan media dalam menyalurkan informasi (mencegah penyebaran informasi bersifat negatif atau merusak serta menyinggung SARA) sehingga kenyamanan publik dalam mengkonsumsi setiap tayangan informasi tetap terjaga.
2. Terciptanya keteraturan antara satu gelombang elektomagnetik dengan gelombang lainnya sehingga tidak terjadi bentrokan antara satu saluran dengan saluran lainnya ( mencegah intervensi / bentrokan yang dapat menyebabkan gangguan siaran/noise).
3. Mencegah sistem monopoli industri atau kepemilikan banyak saluran dikuasai oleh satu lembaga saja yang dapat menyebabkan tayangan terpaku pada selera pemilik.

Citizen Journalism

14 September 2011
Dosen : Agus Sudibyo (Dewan Pers Indonesia)


Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita di masa mendatang.

Perkembangannya di Indonesia dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis profesional.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme_warga


Semua orang bisa menjadi Jurnalisme Warga. Blogger pun bisa dikatakan telah melakoni profesi Jurnalisme Warga. Namun bukan berarti semua Blogger adalah bentuk Jurnalisme Warga. Sesuai dengan namanya, Jurnalisme, sudah pasti mengandung unsur jurnalistik di dalamnya. Ada nilai-nilai berita yang terkandung didalam penulisan Jurnalisme Warga:

1. Objektif; sesuai fakta.
2. Aktual; terbaru, belum "basi".
3. Luar biasa; aneh, besar, janggal, tidak umum.
4. Penting; pengaruh dan dampaknya bagi publik.
5. Jarak; familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
6. Mengikuti kaidah jurnalistik 5W+1H.

Fenomena berkembangnya Jurnalisme Warga yang begitu cepat didukung oleh perkembangan media sosial yang sangat banyak dan interaktif (Facebook, Twitter, Blog, Youtube, dll). Tidak hanya disebabkan oleh perkembangan internet (media sosial), ada faktor lain yang mendukung perkembangan Jurnalisme Warga. Untuk mengakses internet dibutuhkan suatu alat, bisa melalui handphone, komputer, notebook, netbook, tablet pc. Handphone produksi China yang bisa dibeli dengan harga mulai dari Rp 200.000 sampai dengan harga netbook yang "miring", mempermudah orang-orang untuk mengakses internet.
Dengan menggunakan handphone produksi China seharga Rp 200.000, orang-orang bisa menulis tentang suatu kejadian di suatu tempat dimana mereka sedang berada di media sosial. Begitu murah dan mudahnya menulis suatu kejadian di dalam media sosial.

Di Indonesia, bentuk paling familiar dari jurnalisme publik adalah radio, karena sebagian besar penduduk Indonesia lebih mengenal radio ketimbang internet. Model pelaporan Radio Elshinta oleh pendengarnya melalui telepon, mendapat respon yang cukup bagus. Sembari menunggu kemacetan lalu lintas, warga saling bertukar informasi mengenai situasi lalu lintas. Dari sinilah variasi berita mulai berkembang makin meluas, dari berita lokal hingga berita nasional seperti tsunami. Kelahiran radio komunitas di berbagai pelosok daerah makin menguatkan posisi jurnalisme oleh warga semacam ini. Selain itu, ketika pengguna internet makin meluas, warga yang mempunyai akses makin menemukan saluran untuk menyampaikan pendapatnya. Tak heran jika bermunculanlah blog atau web yang menerapkan model jurnalisme warga. Diantaranya http://www.panyingkul.com, halamansatu.com, wikimu.com, kabarindonesia dan lain sebagainya

Tentu saja sebuah perkembangan akan memunculkan dampak positif maupun negatif. Perkembangan jurnalisme dalam konsep new media membawa beberapa dampak positif. Pertama, menigkatnya interaktivitas atau kemampuan publik untuk mencari informasi dan berinteraksi secara online. Kedua, meningkatnya akses publik ke bentuk dan jenis media yang berbeda. Ketiga, berkurangnya ‘kekuasaan gatekeeper’ lembaga media, hal tersebut sama saja menandai berkurangnya power media-media besar untuk menentukan agenda berita. Keempat, makin maraknya berita yang menggunakan metode bercerita (story-telling methods) melalui teknologi multi-media, sebagai alternatif dari model ‘berita langsung’. Kelima, konvergensi dalam pemberitaan bisa berarti lebih banyak sumber untuk menginvestigasi isu bagi para pembaca, karena tidak lagi tergantung pada media dominan.

Dampak negatif yang kemudian timbul adalah meningkatnya jurnalisme pernyataan, opini dan rumor tanpa bukti yang bisa merusak kredibilitas jurnalistik karena minimnya self-control, karena tidak adanya ‘gate keeper’. Kedua rendahnya standar etika jurnalisme yang ditandai maraknya cerita yang hanya mengedepankan aspek sensasional. Ketiga, maraknya komplain publik tentang pelanggaran privasi pribadi oleh media. Keempat, devaluasi profesi jurnalis, karena setiap orang bisa disebut jurnalis, ketika ia bisa mengeluarkan liputan. Kelima, kebingungan berkaitan dengan nilai berita dan layak berita. Kekuatiran itu muncul karena kurang dipahaminya kode etik jurnalistik oleh reporter warga seperti objektivitas, adil dan seimbang, menjunjung tinggi kebenaran, cek dan ricek dan tidak meniru.


Foto : Demonstrasi Hari Anti-Korupsi Dunia 12/9/2009 (Timotheus Febrianto)


Persepsi Tentang Perempuan Dalam Dunia Komunikasi

7 September 2011
Dosen : Henny Wirawan (Dekan Fak. Psikologi Untar)

Perjuangan Bu Kartini dalam "menaikkan" derajat perempuan tidaklah sia-sia. Hal itu bisa dibuktikan dengan perempuan yang mendominasi media massa dibandingkan laki-laki. Baik pembaca berita, iklan, presenter, reporter, penyiar radio, mayoritas adalah kaum hawa.

Banyak persepsi yang muncul  di benak publik mengenai peran dan sosok perempuan di dalam dunia komunikasi . Mulai dari yang "manis', hingga yang "pahit".


Persepsi positif yang muncul yaitu :

- Perempuan sudah bisa go public. Dahulu perempuan hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, namun perempuan kini sudah bisa bekerja di sektor publik seperti laki-laki.

- Perempuan menjadi pemimpin. Sebagai contoh yaitu mantan presiden Ibu Megawati Soekarno putri.

- Perempuan lebih ber-edukasi dan lebih rajin dibandingkan laki-laki.

- Keikutsertaan perempuan dalam dunia sosial dan politik.

- Faktor 3B (brain, beauty, behavior) menjadikan perempuan sebagai duta negara seperti Putri Indonesia, Duta Pariwisata, Miss Universe, dll.

- Perempuan sudah bisa mengungkapkan hal-hal yang dahlu dianggap sebagai tabu, khususnya masalah seks.

- Perempuan sebagai simbol feminin, anggun, indah (http://dzackidotcom.wordpress.com/2010/09/17/10-presenter-pembaca-berita-di-tv-swasta-indonesia-tercantik/).

- Perempuan lebih berani membuka mulut untuk menyuarakan keinginannya. Melepaskan diri dari permasalahan gender yang selama ini mengikat kaum hawa.

- "Dibalik pria hebat, ada perempuan hebat yang mendukungnya." menjadi salah satu ungkapan pentingnya peran dan sosok perempuan dalam kehidupan, khususnya laki-laki.

Inilah Pasukan Perawan yang Lindungi Khadafi (http://batam.tribunnews.com/2011/03/24/inilah-pasukan-perawan-yang-lindungi-khadafi)

Mari kita tengok persepsi negatif yang muncul mengenai perempuan :

- Ekspos seksualitas dalam media, hal ini dilakukan dengan tujuan menarik minat lawan jenis.

- Bias gender yang dialami perempuan dalam kasus pelecehan seksual. Sebagai contohnya, perempuan berpakaian minim yang diperkosa oleh supir angkutan umum. Publik justru menyalahkan perempuan tersebut yang mengenakan busana minim. Padahal yang seharusnya disalahkan adalah sang pelaku pemerkosaan, yakni si supir angkutan umum.

- Dalam iklan, perempuan dijadikan objek pemanis hasrat dan nafsu supaya publik membeli barang atau jasa yang diiklankan.

- Citra perempuan sebagai sosok yang amat sangat "gila" belanja dijadikan target marketing oleh beberapa pihak dengan cara menurunkan harga jual.

- Ada anggapan yang muncul bahwa jika seorang istri berpenghasilan lebih besar dibandingkan sang suami, istri tersebut telah meremehkan suami-nya.

- Perempuan masih terjerat oleh aturan-aturan di budaya tertentu yang mengekang kebebasan perempuan.

- Kurangnya kesempatan terhadap perempuan sebagai sosok pengambil keputusan.

Semoga perempuan juga bisa merasakan kebebasan yang selama ini dirasakan oleh laki-laki.